


Series | TridentX |
Memory Type | DDR3 |
Capacity | 16GB (4GBx4) |
Multi-Channel Kit | Dual/Quad Channel Kit |
Tested Speed | 2933MHz |
Tested Latency | 12-14-14-35-2N |
Tested Voltage | 1.65v |
Registered/Unbuffered | Unbuffered |
Error Checking | Non-ECC |
SPD Speed | 1333MHz |
SPD Voltage | 1.50v |
Fan lncluded | Yes |
height | 54 mm / 2.13 inch |
Warranty | Lifetime |
Features | Intel XMP (Extreme Memory Profile) Ready |
Prosesor |
Intel Core i5-4670K |
Motherboard |
ASUS Maximus VI Impact |
RAM | G.Skill TridentX 2933 C12 (Single Channel) |
Storage |
HDD WD Raptor 600GB |
Power Supply |
Cooler Master 1500W PSU |
Cooling System |
Normal: Corsair H50 Watercooling |
Extreme: Kingpincooling Gemini (CPU) | |
Kingpincooling Ney Pro RAM Pot | |
Kingpincooling Chipset LN2 Pot |
1)Tingkat overclocking yang didapat pada setiap pengujian kami bisa jadi berbeda dengan apa yang Anda dapatkan, bergantung pada kualitas CPU, Integrated Memory Controller(IMC), RAM, dan lain sebagainya.
2) Overclocking jika tidak dilakukan dengan benar dapat memberikan efek negatif bagi sistem Anda (mulai dari ketidakstabilan, hingga kerusakan permanen hardware) Jangan meng-overclock kalau anda tidak benar-benar yakin dengan apa yang anda lakukan. Lakukan OC dengan resiko ditanggung sendiri, Do it at your own risk!
1)Tingkat overclocking yang didapat pada setiap pengujian kami bisa jadi berbeda dengan apa yang Anda dapatkan, bergantung pada kualitas CPU, Integrated Memory Controller(IMC), RAM, dan lain sebagainya.
2) Overclocking jika tidak dilakukan dengan benar dapat memberikan efek negatif bagi sistem Anda (mulai dari ketidakstabilan, hingga kerusakan permanen hardware) Jangan meng-overclock kalau anda tidak benar-benar yakin dengan apa yang anda lakukan. Lakukan OC dengan resiko ditanggung sendiri, Do it at your own risk!
HyperX Fury memiliki beberapa warna berbeda untuk heatspreadernya. Apapun pilihak warna heatspreader Anda, tidak ada perbedaan spesifikasi untuk paket memori ini dengan rating kecepatan yang sama. Untuk pengujian kali ini, kami menggunakan paket yang sama dengan yang kami gunakan di artikel sebelumnya, yaitu Overclocking Review: Kingston HyperX Fury DDR3-1866 8GB Kit.
1)Tingkat overclocking yang didapat pada setiap pengujian kami bisa jadi berbeda dengan apa yang Anda dapatkan, bergantung pada kualitas CPU, Integrated Memory Controller(IMC), RAM, dan lain sebagainya.
2) Overclocking jika tidak dilakukan dengan benar dapat memberikan efek negatif bagi sistem Anda (mulai dari ketidakstabilan, hingga kerusakan permanen hardware) Jangan meng-overclock kalau anda tidak benar-benar yakin dengan apa yang anda lakukan. Lakukan OC dengan resiko ditanggung sendiri, Do it at your own risk!
G.SKill TridentX 2933Mhz 16GB Kit, atau dikenal dengan nomor model F3-2933C12Q-16GTXD, adalah salah satu RAM DDR3 premium dari G.Skill. G.Skill sendiri dikenal dengan berbagai produk memori mereka yang memiliki kecepatan jauh diatas normal. Kebetulan pada kali ini, kami dari JagatReview OC Team mendapat kesempatan untuk mencicipi pengalaman menggunakan memori kelas atas ini. Mari simak uji hands-on singkat ini!
Berikut ini penampilan dari kemasan dan modul RAM G.Skill TridentX 2933:
Berikut ini kami tampilkan spesifikasi yang diberikan oleh G.Skill pada website mereka (Link).
Series | TridentX |
Memory Type | DDR3 |
Capacity | 16GB (4GBx4) |
Multi-Channel Kit | Dual/Quad Channel Kit |
Tested Speed | 2933MHz |
Tested Latency | 12-14-14-35-2N |
Tested Voltage | 1.65v |
Registered/Unbuffered | Unbuffered |
Error Checking | Non-ECC |
SPD Speed | 1333MHz |
SPD Voltage | 1.50v |
Fan lncluded | Yes |
height | 54 mm / 2.13 inch |
Warranty | Lifetime |
Features | Intel XMP (Extreme Memory Profile) Ready |
Memori G.Skill TridentX 2933 merupakan sebuah memori kit yang terdiri dari 4 (empat) keping RAM yang bisa Anda gunakan pada konfigurasi dual-channel (Z77/Z87) maupun quad-channel (X79). Masing-masing berkapasitas 4 GB (total 16 GB). Namun, mengingat kecepatan memori ini sangat tinggi (DDR3-2933Mhz), kami menduga hanya ada sedikit platform yang memiliki memory controller cukup kencang untuk dapat menangani TridentX 2933, misalnya saja platform Intel Haswell LGA1150.
Berdasarkan spesifikasinya, tentunya RAM ini akan dilengkapi dengan XMP (Xtreme Memory Profile) untuk mempermudah setting RAM tersebut. Berikut screenshot detail mengulas XMP pada memory kit ini.
*Klik Thumbnail untuk memperbesar
Berikut ini informasi detail mengenai XMP profile-nya, sesuai dengan yang dibaca oleh program AIDA64. Timingnya sengaja dibuat longgar (12-14-14-35 2T) sebagai kompensasi akan kecepatannya yang tinggi.
Anda juga bisa melihat bahwa pada memori TridentX 2933 ini, G.Skill menggunakan konfigurasi single-rank/single-sided. Biasanya penggunaan konfigurasi single-sided ini akan menyebabkan sedikit penuruan performa, namun ini digunakan untuk mengijinkan memori berjalan pada kecepatan lebih tinggi.
Pada kesempatan kali ini, kami akan menjalankan metoda pengujian yang agak berbeda dari biasanya, yakni berfokus hanya pada kemampuan overclocking dari G.Skill TridentX 2933. Mengapa performanya pada aplikasi sehari-hari tidak kami uji? Berikut penjelasannya:
Bandwidth – AIDA64 Memory Benchmark
Kami menggunakan benchmark memori yang terintegrasi pada AIDA64, untuk mendapatkan nilai bandwidth dari memori G.Skill TridentX 2933. Nilai ini bisa sedikitnya memberikan gambaran akan performa dari RAM ini:
Jika dilihat dari data hasil benchmark AIDA 64 diatas, kami bisa mengatakan bahwa perolehan bandwidthnya pada spesifikasi XMP agak kurang optimal, hanya sekitar 28 GB/s pada Memory Read. Berdasarkan pengujian kami, nilai tersebut akan kurang lebih setara dengan bandwidth memori berkecepatan DDR3-2200 s/d DDR3-2400 dengan CAS Latency 11 atau 10. Disini, kami melihat bahwa performa mungkin bukan menjadi pertimbangan yang utama saat G.Skill menciptakan memori ini, melainkan kemampuan overclocking untuk mencapai clock memori sangat tinggi.
Maka dari itu, kami memutuskan untuk menitik-beratkan semua test G.Skill TridentX 2933 dari segi kemampuan overclock-nya saja, yang terdiri dari:
Prosesor |
Intel Core i5-4670K
|
Motherboard |
ASUS Maximus VI Impact
|
RAM | G.Skill TridentX 2933 C12 (Single Channel) |
Storage |
HDD WD Raptor 600GB
|
Power Supply |
Cooler Master 1500W PSU
|
Cooling System
|
Normal: Corsair H50 Watercooling |
Extreme: Kingpincooling Gemini (CPU) | |
Kingpincooling Ney Pro RAM Pot | |
Kingpincooling Chipset LN2 Pot |
Ya, single channel, Anda tidak salah baca. Kami mencari satu dari keempat stik ini yang memiliki overclockability terbaik, lalu mencoba mencapai frekuensi maksimum dari RAM tersebut melalui overclocking. Oh ya, dalam pengujian ini kami juga menggunakan motherboard yang memang didesain khusus untuk bisa menangani memory overclocking dengan baik, yakni ASUS Maximus VI Impact. Sebagai tambahan, Anda dapat mengunjungi Link berikut yang menjelaskan lebih dalam mengenai motherboard ASUS Maximus VI Impact :Link.
Halaman 1 (halaman ini): Overview, Spesifikasi, Gallery, Skenario/Metoda Pengujian
Halaman 2: Overclocking – Normal Cooling
Halaman 3: Overclocking – Extreme Cooling(LN2)
Halaman 4: Kesimpulan
Akhir-akhir ini, memori dengan merk Team jarang singgah di lab overclock kami. Meskipun demikian nama Team sudah cukup terkenal sebagai salah satu vendor memori kelas atas, dengan produk unggulannya, Team Xtreem series. Tahun 2012 lalu, kami pernah me-review Team Xtreem LV 2400 CL9 16GB Kit, dan sampai hari ini memori tersebut masih menjadi salah satu kit DDR3-2400 terkencang yang pernah kami uji, berkat penggunaan CAS Latency 9 (kebanyakan RAM DDR3-2400 di pasaran sudah menggunakan CAS Latency 10 atau 11).
Beberapa minggu lalu, lab overclocking JagatReview mendapat penawaran secara spesifik untuk melakukan uji overclock memori Team, yang menyandang nama Team ZEUS series. Kami menerima tawaran tersebut dengan senang hati, karena sudah cukup lama kami tidak menguji memori dari Team. Saat memori tersebut datang ke lab, kami agak terkejut karena Team ZEUS yang datang ke lab kami memiliki rating ‘hanya’ DDR3-1600C9. Umumnya, memori dengan rating seperti demikian dibuat dengan IC dengan overclockability minim.
Kami masih bertanya-tanya, apa yang spesial dari memori Team ZEUS DDR3-1600C9 2x4GB ini, hingga Team menyebut memori seri ZEUS sebagai ‘Overclocking Memory Modules’. Saat membaca datasheet yang dibuat oleh Team, kami menjumpai kata-kata berikut ini: “Specially selected IC for outstanding overclocking capability”. Tentunya hal tersebut membuat kami semakin bingung, jika Team Zeus DDR3-1600C9 memang dibuat dengan IC dengan overclockability tinggi, mengapa ratingnya dibuat hanya DDR3-1600? Kebanyakan memori dengan overclockability tinggi yang kami ketahui dirating setidaknya pada DDR3-2133 keatas, dan yang jelas bukan DDR3-1600! Dengan rasa penasaran yang tinggi, kami membawa memori Team ZEUS tersebut ke lab overclocking kami untuk segera mengujinya.
Fokus kami pada pengujian ini adalah menguji seberapa jauh memori Team ZEUS DDR3 bisa dioverclock di sistem kami dan menjalankan benchmark, dan bagaimana hasil overclocking ini berpengaruh kepada performa sistem secara keseluruhan. Pengujian dimulai dengan menguji performa saat keadaan default(spesifikasi sesuai kemasan), lalu pengujian overclock dilangsungkan.
Detail dari jalannya pengujian adalah sebagai berikut:
1) Pengujian overclocking akan dilakukan menggunakan setup aircooling, baik CPU maupun RAM. Extreme cooling sama sekali tidak digunakan disini.
2) RAM akan diuji dengan dua setting DRAM Voltage(VDimm), yakni 1.65V dan 1.75V. Dua setting ini dipilih karena setting tegangan memori seperti ini masih cukup aman untuk digunakan
3) Pada setiap setting voltage, kami akan mencoba mencari beberapa konfigurasi overclock(kombinasi antara timing dan frekuensi RAM) yang masih stabil untuk menjalankan berbagai benchmark dalam pengujian kami. *Definisi ‘stabil’ disini adalah bisa menjalankan semua software pengujian tanpa BSOD/Crash*
Mengingat kami akan menguji kemampuan overclocking dari Team ZEUS 1600, tentunya kami harus memilih platform yang memiliki memory controller berkemampuan tinggi, maka dari itu kami memilih platform Intel Haswell LGA1150. Berikut ini spesifikasi lengkap dari sistem yang kami gunakan:
Motherboard Gigabyte Z87X-OC kami pilih karena motherboard ini merupakan salah satu motherboard Z87 yang menawarkan kemampuan tuning memori DDR3 cukup baik(kami pernah menguji kemampuan overclocking memori dari Z87X-OC disini). Kemudian untuk kartu grafis, kami hanya menggunakan sebuah NVIDIA GT 630 karena pengujian kami dititikberatkan pada performa memori dan prosesor.
Halaman 1(halaman ini): Overview, Ruang Lingkup Pengujian, Testbed
Halaman 2: Spesifikasi, Gallery, Penjelasan Software Uji
Halaman 3: Setting Testbed, Hasil Pengujian
Halaman 4: Tes Bonus – Highest DDR3 Memory Clock + Tes kestabilan Ekstra
1)Tingkat overclocking yang didapat pada setiap pengujian kami bisa jadi berbeda dengan apa yang Anda dapatkan, bergantung pada kualitas CPU, Integrated Memory Controller(IMC), RAM, dan lain sebagainya.
2) Overclocking jika tidak dilakukan dengan benar dapat memberikan efek negatif bagi sistem Anda (mulai dari ketidakstabilan, hingga kerusakan permanen hardware) Jangan meng-overclock kalau anda tidak benar-benar yakin dengan apa yang anda lakukan. Lakukan OC dengan resiko ditanggung sendiri, Do it at your own risk!
Memori, atau lebih dikenal dengan istilah RAM (Random Access Memory), merupakan sebuah komponen komputer yang berguna untuk menyimpan data sementara, sebelum data tersebut diproses oleh prosesor. Sejak integrasi kartu grafis merambah masuk ke dalam CPU, selain mempengaruhi performa prosesor, performa memori juga cukup berpengaruh pada kinerja komponen integrated graphics/grafis terintegrasi.
Perkembangan kecepatan memori pada generasi DDR3 yang pesat, serta makin canggihnya kontroler memori sejak arsitektur Intel Sandy Bridge tahun 2010 lalu membuat kebutuhan bandwidth antara CPU dengan RAM dengan mudah terpenuhi (tidak seperti masa DDR1 dan DDR2 dulu). Sekarang penggunaan memori dengan spesifikasi rendah sekalipun tidak akan membawa penalti performa yang signifikan pada sebuah sistem. Ini yang sayangnya membuat kebanyakan pengguna makin tidak peduli akan spesifikasi memori yang mereka gunakan, dalam artian, selama kapasitas memori tersebut terpenuhi, banyak pengguna yang sudah cukup puas dengan memorinya dan memilih untuk membeli memori murah dengan spesifikasi rendah, lalu menggunakan ekstra dana mereka untuk meng-upgrade prosesor atau VGA.
Beberapa bulan lalu, di kawasan pertokoan mangga dua Jakarta, kami bahkan pernah melihat seorang pengguna yang sedang merakit sistem PC-nya yang berprosesor Intel Core i7-4770 dan GPU GTX 750 Ti, hanya menggunakan sebuah 1 keping memori 8GB kelas value dengan kecepatan DDR3-1600 karena alasan harganya murah. Ini tentu tidak salah, karena harga sekeping DDR3-1333 8GB akan lebih murah setidaknya 300 hingga 400 ribu Rupiah dari sebuah memori kit 2x4GB DDR3-2133, dan pada skenario budget terbatas, perbedaan harga 400 ribu ini bisa membuat pilihan VGA si user tersebut dari GTX 750 berubah ke GTX 750 Ti misalnya.
Jadi, apakah spesifikasi RAM tidak penting pada masa kini? Belum tentu!
Solusi APU dari AMD, mulai dari Llano, Trinity, Richland, hingga Kaveri – memiliki kartu grafis terintegrasi (IGP) yang berperforma cukup tinggi, sayangnya untuk ‘mengeluarkan’ semua performa tersebut sang pengguna harus menggunakan konfigurasi memori optimal dengan kecepatan cukup tinggi. Hal tersebut wajar terjadi, karena pada APU, baik CPU dan IGP-nya akan mengakses RAM pada jalur komunikasi yang sama – membuatnya rentan akan bandwidth bottleneck, dan umumnya membuat performa IGP-nya menjadi buruk.
Ini yang menyebabkan kebanyakan pengguna APU memiliki sistem yang under-performing – karena konfigurasi memori-nya rendah! Kami masih menemui sangat banyak contoh seperti ini di pasaran, misalnya saja sistem berprosesor AMD APU dijual dengan konfigurasi satu keping single-channel DDR3-1333. Ini tentu saja akan membuat IGP pada APU tersebut mengalami penurunan performa sekitar 30-40% dari seharusnya.
Catatan: penurunan performa berkat penggunaan memori satu keping/single-channel ini hanya terjadi pada APU Llano, Trinity, Richland, dan Kaveri. Pada APU berbasis Kabini, kontroller memori mereka memang hanya dibuat single-channel, sehingga menggunakan dua keping memori pun tidak akan memberi peningkatan performa signifikan.
Kami sudah pernah membuat beberapa artikel mengenai pentingnya pemilihan memori yang optimal bagi AMD APU, misalnya saja:
Tips mudah mengoptimalkan performa Gaming pada APU Trinity A10-5800K
Tips Tweaking Memori pada APU Trinity, dan
Tips memilih memori bagi AMD Kaveri
Namun sejak AMD APU Kaveri dirilis awal tahun 2014 ini, kami makin sering mendapati pertanyaan dari berbagai pengguna APU mengenai pemilihan model memori yang tepat bagi mereka, sehingga kami merasa perlu mencari jawaban konkrit dari pertanyaan ini.
Dari hasil diskusi dengan segenap rekan-rekan di JagatReview, muncul ide untuk melakukan tes beragam memori DDR3 dengan platform APU. Harapan kami, mega-test memori ini bisa memudahkan para pengguna APU, atau pun yang nantinya akan menggunakan APU di masa depan untuk memilih DDR3 terbaik bagi mereka. Tapi muncul masalah berikutnya: variabel pada komponen memori cukup banyak!
Komponen memori memiliki beragam parameter yang bisa dinilai. Selain harga, kapasitas, frekuensi, dan timing, masih ada berbagai variabel lain dari sebuah memori kit yang kadang menenentukan keputusan pembelian, mulai dari overclockability, ergonomi, hingga ke faktor penampilan. Sekarang pun vendor memori sudah amat banyak, belum lagi kebanyakan dari mereka menawarkan spesifikasi yang serupa, dengan kisaran harga yang mirip pula!
Mari kita lihat parameter-parameter yang cukup signifikan dalam pemilihan modul memori berikut ini:
Kapasitas kadang menjadi sebuah variabel yang paling mudah untuk dipilih. Meski dulu ada istilah “Makin besar makin baik” saat kapasitas memori rata-rata ada pada kisaran 256-512MB, sekarang kapasitas memori yang dijual di pasaran ada di 4GB hingga 32GB, dan ukuran yang besar belum tentu memberikan efek performa yang signifikan. Menurut pengujian yang kami lakukan, sebagian besar pengguna dengan OS Windows 7 64-bit akan tercukupi kebutuhannya dengan kapasitas RAM kira-kira 8GB pada penggunaan ringan: browsing, editing foto ringan, encode video, file compression, word processing, gaming, dsb(setidaknya saat artikel ini dirilis). Memang, sesekali saat kita membiarkan berpuluh-puluh tab terbuka pada browser kita, konsumsi memori akan berpotensi meningkat ke kisaran 2-3 GB seperti contoh dibawah ini:
Namun kami belum menemukan skenario penggunaan PC umum yang akan memakan memori sangat besar(8GB+) kecuali misalnya anda melakukan multimedia content creation, misalnya mengedit video 1080p FullHD multi-track seperti dibawah ini, yang memakai ram sistem hingga 12GB lebih.
Sebuah DDR3-1600Mhz, dengan timing 11-11-11-28
Dua variabel ini yang membuat pemilihan memori semakin sulit, namun frekuensi dan timing(latency) lah yang menentukan cepat atau lambatnya sebuah memori. Tanpa membahas lebih dalam, secara umum semakin tinggi frekuensi memori, semakin baik kinerjanya. Demikian pula dengan Timing/Latency, kita membutuhkan memori dengan latency rendah (atau disebut timing ‘ketat’) untuk performa yang lebih baik. Namun karena keterbatasan fisik dari chip memori dan berbagai faktor-faktor lain, sulit mendapat konfigurasi memori dengan frekuensi tinggi,misal: 1200Mhz(DDR3-2400) yang masih memiliki timing ekstra ketat (7-7-7-21). Disini anda harus mencari kombinasi yang ‘pas’ antara frekuensi dan timing untuk mendapat performa RAM optimal.
Untungnya, pemakai AMD APU tidak perlu pusing, karena dari berbagai pengujian yang kami lakukan, biasanya AMD APU lebih menyukai RAM dengan frekuensi tinggi – timing longgar, ketimbang RAM dengan frekuensi rendah timing ketat(contoh: Kebanyakan AMD APU akan memiliki kinerja optimal saat berjalan pada DDR3-2133 CL 11-12-12-31, ketimbang DDR3-1600 CL 8-8-8-24). Mengenai frekuensi sendiri, meski sudah banyak chip DDR3 yang memiliki kemampuan untuk mencapai kecepatan diatas DDR3-2800 bahkan DDR3-3000, kami menyarankan anda yang menggunakan APU untuk mencari kecepatan setidaknya DDR3-1866 atau DDR3-2133. AMD APU memiliki memory controller dengan kemampuan terbatas, sehingga pencapaian frekuensi tinggi (DDR3-2666+) agak sulit untuk pemakaian sehari-hari.
Sebagai catatan tambahan, jenis APU yang berbeda memiliki dukungan kecepatan memori yang berbeda pula sesuai dengan kualitas memory controller-nya. Sebagai contoh, APU generasi ‘Trinity'(A10-5800K, A8-5600K) biasanya memiliki dukungan hingga DDR3-1866Mhz, walau secara teori bisa saja berjalan di DDR3-2133 dan DDR3-2400. APU ‘Richland’ (A10-6800K misalnya) umumnya memiliki memory controller yang sedikit lebih baik dari Trinity, dan bisa berjalan di kecepatan DDR3-2133Mhz tanpa masalah. APU yang terbaru dan terkuat saat ini yakni Kaveri A10-7850K umumnya bisa berjalan pada kecepatan DDR3-2400 tanpa masalah.
Dulu, para user harus men-setting RAM mereka secara manual, dari mulai frekuensi kerja RAM, latency(timing), dan juga voltage. Namun, dengan makin berkembangnya teknologi, para produsen hardware membuat proses setting ini menjadi lebih mudah dengan memperkenalkan teknologi XMP (Xtreme Memory Profile). Saat menggunakan platform dan memori yang mendukung XMP, user dapat menjalankan memori mereka dengan speed, timing dan voltage yang ditentukan produsen hanya dengan me-load profil XMP ini di BIOS motherboard yang digunakan, tanpa perlu mengubah parameter RAM secara manual.
Dulu, XMP dibuat untuk memori yang ditujukan pada platform Intel, sedangkan platform AMD memiliki profil bernama AMD Memory Profile(AMP). Di mata para vendor memori, profil XMP jauh lebih popular karena sudah lama diperkenalkan(sejak tahun 2008-2009 lalu), sehingga anda akan jauh lebih mudah menemukan memori dengan profil XMP ketimbang memori dengan profil AMP. Untungnya, kebanyakan motherboard AMD sejak generasi APU Trinity FM2 sudah mendukung profil XMP, sehingga anda tetap bisa menjalankan profil XMP pada sistem berbasis AMD.
Perlu diketahui, karena keterbatasan kemampuan memory controller di APU, kebanyakan profil XMP yang bisa berjalan pada APU ada di kisaran kecepatan DDR3-2133 dan DDR3-2400. Ini juga yang menjadi alasan kami nantinya untuk membatasi round-up ini pada memori yang kecepatannya maksimal DDR3-2400.
Jalur komunikasi antar kontroler memori dan RAM sangat krusial bagi performa sistem, sehingga akhirnya dibuat multi-channel untuk memberikan bandwidth yang lebih besar. Jumlah ‘Channel’ pada sebuah sistem memori ini sendiri ditentukan oleh kontroler memori dari platform yang bersangkutan (dalam hal ini: prosesor). Pada teknologi yang ada sekarang, anda bisa menemukan konfigurasi memori dual-channel, triple-channel, bahkan quad-channel. Penggunaan mode multi-channel (baik dual,triple,maupun quad-channel) akan memberikan performa sistem memori yang lebih kencang dari mode single-channel. Sebagai catatan, karena alasan kestabilan, kami menyarankan anda untuk menggunakan kepingan memori dengan spesifikasi identik saat menjalankan mode multi-channel. Ini yang akhirnya membuat para produsen memori menjual memori-nya dengan konfigurasi dua keping atau lebih dalam sebuah kit memori.
APU AMD yang ada sekarang memiliki tipe dual-channel memory controller. Bagaimana cara menjalankan konfigurasi dual-channel ini? Cukup sederhana, anda tinggal memasang 2(dua) keping memori pada slot DIMM yang sudah ditentukan, dan sistem anda akan mengenali mode dual-channel secara otomatis. Anda juga bisa mengecek apakah mode dual-channel sudah berjalan dengan baik menggunakan software CPU-Z, seperti terlihat dibawah ini:
Pada APU, peningkatan performa memori berkat mode dual-channel cukup signifikan(seperti yang bisa anda saksikan disini). Oh ya, kami juga ingin menambahkan bahwa jumlah DIMM yang terpasang di sistem anda tidak selalu menentukan jumlah channel memori yang tersedia. Bisa saja anda memiliki 4 slot DIMM, namun konfigurasi memory controller pada prosesor anda hanya mendukung mode dual-channel.
Pada PC desktop, selain dari frekuensi, timing, dan juga jumlah kepingan pada sebuah memori kit, ada sebuah variabel lagi yang jarang diperhitungkan namun penting, yakni jumlah ‘side'(a.k.a ‘Rank’) pada modul memori-nya. Modul memori yang hanya memiliki IC pada satu sisi saja kita sebut dengan istilah single-sided memory module. Sebaliknya, modul memori yang memiliki IC pada kedua sisinya kita sebut dengan istilah dual-sided/double-sided memory module. Perlu diketahui bahwa jumlah sisi pada modul memori ini biasanya akan menentukan konfigurasi ‘Rank’ pada modul memorinya: modul single-sided biasanya hanya memiliki konfigurasi single rank, sedangkan modul double-sided biasanya berkonfigurasi double-rank(Ada juga modul quad-rank, yang memiliki dua buah rank pada setiap sisi RAM,total 4 rank, misalnya untuk server, tapi tidak dibahas disini)
Keunggulan konfigurasi double-rank/ double-sided biasanya adalah performa lebih tinggi pada beberapa aplikasi yang sangat memory-intensive. Sedangkan konfigurasi memori single-rank / single-sided akan memberikan overclockability lebih tinggi.
Faktor yang satu ini mungkin merupakan prioritas utama kebanyakan pengguna di Indonesia. Sistem APU AMD merupakan sistem yang umumnya ada di kelas Low-end hingga mainstream, dan biasanya dipilih karena menawarkan performa gaming yang memadai untuk harganya yang terjangkau . Memaksa pembelian memori dengan harga lebih dari 2 Juta Rupiah untuk sistem APU tentunya merupakan sebuah pemborosan, dan lebih baik dialihkan ke hal lain (membeli SSD misalnya?). Untuk itu, kami berspekulasi, untuk sebuah sistem AMD APU mainstream-high yang harga prosesornya ada di kisaran 1.5 juta hingga 2 juta Rupiah(dengan 1 USD=11900), harga memorinya harus berada angka Rp. 1 Juta-an untuk dibilang ‘masuk akal’ (inipun mungkin bagi sebagian pengguna sudah masuk kategori mahal).
Untungnya, harga memori DDR3 ukuran 8GB dual-channel kit(dua keping memori) pada saat artikel ini di-publish ada pada kisaran 900 ribu hingga 1 juta-an lewat sedikit.
Berdasarkan data diatas, kami menetapkan batasan bagi peserta mega test memori DDR3. Tentunya, batasan tersebut kami buat untuk memastikan bahwa memori yang mengikuti pengujian ini masih relevan dengan apa yang dibutuhkan si pengguna sistem APU, dan juga sesuai dengan apa yang tersedia di pasaran saat ini.
Batasan-batasan tersebut adalah:
Setelah menghubungi berbagai distributor dan vendor memori dengan persyaratan seperti di atas, kami mendapatkan kiriman 13(tiga belas) kit memori dibawah ini untuk bahan pengujian:
Note: 1) Diurutkan berdasarkan abjad. 2) Untuk memudahkan, nama dipersingkat menjadi format [brand-series-speed-CAS Latency]. Karena keterbatasan waktu pengujian, kami hanya berhasil mengumpulkan 13 memori kit. Mohon maaf apabila memori kit fovorit anda tidak ada pada daftar di atas.
Seperti apa sistem yang kami gunakan, dan bagaimana metoda dan prosedur pengujian memori ini? Simak lengkapnya pada halaman 2!
Halaman 1(halaman ini): Overview, Tujuan dan Syarat Round-Up, Penjelasan beberapa variabel memori
Halaman 2: Ruang Lingkup, Metoda dan Prosedur Testing, dan Platform Uji
Halaman 3: ADATA XPG 2400C11, Apacer Armor 1866C11, Avexir Core Series 1600C9
Halaman 4: Corsair Vengeance 1866C9, Corsair Vengeance Pro 2133C9
Halaman 5: G.Skill Ares 1600C9 & G.Skill RipjawsX 1600C9
Halaman 6: Kingston HyperX FURY 1866C10 & Kingston HyperX Predator 2400C11
Halaman 7: Patriot Viper 2400C11 & TeamVulcan 2133C10